Saturday, February 24, 2007

Virus apa ?

Data-data itu tersimpan dalam folder yang tersusun rapi. Sebelumnya, semalaman aku menyusun semua naskah-naskah, informasi, artikel, dan semua foto-foto secara terstruktur untuk memudahkan jika sewaktu-waktu aku membutuhkannya. Bukan hal yang mengada jika aku melakukan semua itu, bahkan sampai larut malam. Aku akan meninggalkan komputer hitam itu untuk sementara waktu…dan pasti yakin akan menggunakannya. Aku masih ingat, walau mata dan kepalaku berat tertumbuk kantuk, aku masih terus menyelesaikannnya…dan pada dini hari aku akhirnya bisa tersenyum atas hasil kerjaku…

Dua minggu berselang, karena keharusan yang teramat sangat (baca : Ujian Pertama) aku harus menjalani istirahat di kota tercinta, aku kembali. Dua hari kemudian karena kebutuhan akan beberapa hal dan informasi aku kembali membuka komputer hitam itu. Namun sejuta tanya membuncah dalam kepalaku karena semua file foto yang aku buka tidak menampakkkan isi….aku masih bersabar, mungkin memang aku yang salah cara membukanya (walau nyaris tak mungkin).


Hingga kemudian seorang kawan berujar :

“Ma’af mas, semua file di folder mas…hilang semua. Saya tidak tahu kenapa…tapi terakhir sebelum hilang saya sedang mengirim foto-foto ke email teman mas… sesuai permintaan mas…”

“Upss…”

Aku hanya mengira hanya folder foto-foto yang hilang tak tersisa, namun keterkejutanku tak terbantah saat mulai kuperiksa satu persatu folder naskah, artikel dan semuanya. Tak tersisa…lemas rasanya…

Pengalaman adalah emas, semua dokumentasi adalah intan…. (itu mungkin analogi yang terasa membuatku semakin menyesal...)

Apa sebenarnya penyebab hilangnya semua data di folderku?

Kenapa hanya data-data dalam folderku saja yang hilang sementara data lainnya tidak ada yang hilang?

Semoga ada yang berkenan memberi jawaban atau saran……terimakasih…


(Yogyakarta_240207)

Tuesday, February 20, 2007

Ujian Pertama....

Kristal bening itu tetes demi tetes terus jatuh tiada henti kedalam telaga wadah yang hanya sebagai tempat sementara, transit saja sebelum kemudian terus mengalir keseluruh sudut dan sisi memenuhi semua ruang. Layaknya cairan berwarna jernih, dan segar, kuharap ia akan mengurangi dahaga yang aku rasakan. Tapi justru rasa sakit yang aku derita. Tidak hanya di bagian lengan, tempat pintu masuk kristal nan jernih itu, tapi juga di sekujur tubuhku yang mulai terasa kaku dan lemas tanpa daya.

Ini baru malam pertama, tapi sudah seperti satu minggu terasa, berada dalam kasur empuk namun terasa menyakitkan tulang belakangku. Rasanya baru kumulai bagaimana beradaptasi dengan sebuah ranah baru, tanah harapan. Baru kemarin kebugaran kuraih dari kayuhan demi kayuhan sepeda hijauku. Baru kudapati kecerahan otak dan kepalaku karena waktu yang tertib berjalan, setelah sebelumnya terkungkung dalam alunan rutinitas yang ikat mengikat.

Semuanya menjadi lain hanya karena sakit kepala yang tiada tertahankan, pusing lebih dari tujuh keliling sepanjang malam, bahkan sampai siang. Juga karena badan yang tiba-tiba meriang ditambah mual-mual tersumbat, yang semakin menyesakkan segenap indera.

“Lama banget dok…udah pegel nih…!!”
“Itu bukan periksa tensi, rumple leed test….tes demam berdarah”

dan tak kurang tujuh menit kemudian :

“Positif mas, gejala demam berdarah. Harus opname…!!”

Merinding rasanya mendengarnya… juga menyaksikan sosok yang mengucap seolahnya : "itu biasa aja...". Berdegup juga membanyangkan si hitam putih pembawa petaka itu : Aedes Aegepty. Apa benar aku kena demam berdarah? Wabah tahunan yang sering menimbulkan korban jiwa. Rasanya baru kemarin kubaca koran bahwa di Jakarta 600 lebih korban demam berdarah kini di rawat diberbagai rumah sakit.... dan baru kemarin malam aku mengakampanyekan pentingnya kesehatan lingkungan "...kawan ingat musim penghujan sngat rawan demam berdarah, apalagi kalau lingkungan kita kotor dan menjadi sarang nyamuk...." apakah aku harus menjadi "contoh kasusnya?" Ya… bintik-bintik hitam di lengan itu sudah cukup menerangkan semuanya…

Empat hari tubuh ini tergolek lemah, dengan selang tertancap di lengan. Dan saat lengan kiri mulai lelah, hingga membesar bengkak, hari ke tiga selang berpindah ke tangan kanan. Lengkaplah ketidakbisa-anku karena berarti tangan kanan yang kuandalakan melakukan semuanya, kini tak bisa lagi melakukannya. Ah begini rupanya orang sakit. Baru sekali ini sakitku harus sampai di opname, tiada siapapun pula. Dan sebelumnya seringkali nikmat sehat terasa menjadi biasa karena sebuah ego : tidak mengerti (tepatnya tidak mau menghargai) betapa sehat sangat berharga!!

Walau sampai observasi awal akhirnya baru sampai pada stadium 1, namun berlama-lama di rumah sakit, belum lagi masa recovery yang ternyata juga membutuhkan waktu membuat semua jadwal dan rencana yang telah tersusun menjadi berantakan. Jangan lupa besar dana juga menjadi sebuah pertimbangan. Juga beragam kerugian lainnya… Ah…..ternyata sangat nikmat jika kita sehat………

(Boegenfil_1B131602)


Friday, February 9, 2007

Tanah Harapan

Pernah dengar kalimat : "Mundur satu langkah untuk maju lebih jauh...?" atau bahkan untuk melompat sejauh-jauhnya...?
Saat ini aku tengah mengaplikasikan dalam hidupku...
Aku yang selalu dinilai orang telah mapan...ternyata banyak sekali kekurangan...
Saat banyak yang berkata kamu sudah mampu... maka saat itulah aku tersadar bahwa banyak sekali yang aku tak bisa, atau aku belum bisa...
Dan saat Renungku di cakrawala terjawab dengan terbenamnya sang surya...
Saat itulah semakin menguat hasratku untuk tidak menunda-nunda lagi...
Kini aku dalam pengasingan...disebuah kawasan yang ku sebut "tanah harapan"...
Ya..aku berharap dari sinilah babak baru itu dimulai ...
Dengan kesederhanaan dan perjuangan, tentu sangat tidak mudah menjalani....merubah budaya tepatnya...
Kini kumulai adaptasi itu...
Semoga niat yang baik akan membawa hasil yang baik pula....

(di_TanahHarapan)

Wednesday, February 7, 2007

Sebuah makna...

Februari

Kawan Februari...sudah mulai menapak....
Ada dingin karena hujan yang sering mengguyur kota...
Juga wangi khas tanah pekarangan yang tersiram hujan dan terbawa angin sepoi hingga kuhirup di atas teras lantai dua ...
Dalam sebuah renungku... Februari mempunyai makna yang teramat dalam :

Ada duka dan bencana sebelumnya......
Ada duka, bencana dan derita di Februari....
dan Februari akan menghantarkan pada masa-masa mendatang yang takdiketahui...
Namun berbagai pertanda sudah menyiratkan semua.....
Harus ada kesadaran kita...
Untuk kembali merenungkan dan bertindak lebih arif...


Jogja: saat khayal dan renung berbaur....

Titik Nadir....

Besok babak baru dalam hidupku dimulai....
Segala yang sudah aku mulai, aku rintis, dengan amat sangat terpaksa harus aku tinggalkan...
Untuk kemudian memulai dari awal...
Babak baru ini merupakan penggalan-penggalan episode yang harus aku jalani.
Setiap episode adalah sebuah kisah perjuangan untuk bertahan, atau bahkan untuk menjadi pemenang...
walau tak jarang setiap episode berarti air mata...berarti pula lara...
Episode kali ini adalah sebuah perjalanan ke titik nadir....
Dari titik itulah aku harus kembali memulai...juga melakukan sebuah perjalanan panjang untuk sebuah asa : Perjuangan dan Pembuktian...


Semoga semua ini bisa aku jalani....(dengan sebaik-baiknya, tentu!)

Jogja; pada tengah malam....