Saturday, August 11, 2007

M. YUNUS VS SBY



Pernah pada suatu test untuk sebuah Fellowship aku disuguhi pertanyaan : “berita apa yang sangat saya percayai selama satu tahun terakhir?” jawab saya adalah pemberian anugerah Nobel Perdamaian 2006 untuk M. Yunus dari Bangladesh. Bukan hanya karena saya kaget saat pengumuman LIVE bahwa dia pemenangnya, padahal sebelumnya mendengar namanya saja belum pernah (wah padahal sebelumnya juga sudah terkenal ya….) tapi setidaknya memang fokusku bukan ke dia, tentu saja ke salah satu kandidat yang jauh lebih terkenal khususnya untuk masyarakat kita, dialah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya SBY, red.)

Saat itu, kewajiban bahwa jika SBY menjadi pemenang maka tempatku bekerja akan BREAKING NEWS, sehingga sejak subuh kami sudah berangkat ke Kudus, tempat Presiden SBY akan Shalat Tarawih bersama masyarakat… tempat yang sepanjang jalan aku terus cemas antara kuat dan tidak berpuasa di terik matahari Kudus, hingga LIVE langsung ke CNN dengan bahasa asing ( kalo ada subtitusi reporter, aku mending pilih opsi itu sepertinya...)

Saat itu tokoh satu ini masih teramat asing bagiku. Baru ketika berbagai media cetak dan elektronik ramai-ramai memberikan pujian atas prestasinya, aku juga mulai tergelitik untuk intens menyimaknya. Ternyata karya nyatanya memang sungguh luar biasa sehingga amat wajar jika ia menjadi kuda hitam sebagai pemenang Nobel Perdamaian. Dan saat itu, akupun berfikir semoga suatu ketika aku bisa bertemu dengannya…

Hari ini, 11 Agustus 2007 kiranya mimpiku itu di wujudkan oleh yang kuasa, amin… saat mendengar ia tengah di Istana Negara, aku hanya menitip pesan kepada seorang kawan yang bertugas di Istana “ Sampaikan salamku kepada M. Yunus, aku ingin sekali mengikuti jejaknya…” dan ternyata Professor Yunus juga akan singgah ke Yogyakarta. Dan walau sempat terhalang berbagai hambatan, karena aku juga harus mengkoordinir Crew Biro Jogja, akhirnya sempat pula aku singgah ke UGM. Untuk melihat salah satu tokoh yang menginspirasi, serta mendengar ceramahnya dalam mengentaskan kemiskinan masyarakat…

Walau sudah berulang kali aku mendengar konsepnya tentang pemberian kredit lunak tanpa agunan melalaui Gramen (Pedesaan) Bank yang didirikannya, namun mendengar penjelasan darinya secara langsung tentu membuatku semakin terkesima. Tanpa agunan, tanpa perjanjian tertulis, dan hanya berdasarkan rasa saling percaya….ah rasanya sesuatu yang mustahil dilakukan. Namun kenyataanya itulah yang berhasil dilakukan, dengan membantu para wanita yang terjepit hutang rentenir, Ia bisa menolong masyarakat di Bangladesh untuk hidup jauh lebih baik…7 juta lebih penduduk miskin di Bangladesh….

Menurut Komite Nobel Perdamaian Oslo, perdamaian tidak dapat dicapai dalam masyarakat berpenduduk besar jika kemiskinan tidak diperangi…(termasuk juga teroris tentunya…)

Dan saat kesempatan mewawancarainya tiba, salah satu jawaban yang paling membekas adalah saat ia menjawab : “ tentang penegakan Supremasi Hukum, di Bangladesh jauh lebih buruk didandingkan Indonesia, namun janganlah itu menjadi alasan, lakukan apa saja yang memang benar karena hukum yang korup hanya dilakukan oleh beberapa oknum saja, orang baik jauh lebih banyak. Kerjakan mulai dari dirikita sendiri, apa yang berguna bagi orang lain, membantu orang lain…”

Ah…melihat sekeliling rasanya kemiskinan di Indonesia masih terasa ada dimana-mana. Dan aku jadi ingat beberapa hari lalu saat sebuah Harian Nasional memberi judul pada headlinenya dengan penuh nuansa satire: “Membahas kemiskinan dengan Jas” untuk menyindir betapa gagahnya pak SBY dengan Jas hitamnya… sementara Yunus hanya dengan pakaian biru kotak-kotak kecil selutut yang selalu diberi tambahan rompi khasnya, termasuk saat di Yogyakartya… untungnya semua yang ada di gedung Balai Senat UGM (dalam pengamatanku) memakai Batik semua… kalo ber-Jas juga mungkin hanya kalimat “oh mungkin di jogja lagi musim dingin…” bakal terucap.

(malam, Lagi jadi PJS)

Monday, August 6, 2007

TESTIMONI HARI ANAK.

Hari anak biasanya di peringati dengan penuh suka cita oleh anak-anak bersama orangtuanya. Namun kenyataanya tak semua anak mendapatkan anugerah seindah itu, karena sebagian dari mereka terpaksa harus menerima keadaan menjadi anak-anak yang harus terdampar pada sebuah keadaan yang pasti semua orang tak ingin mengalaminya.

Saat balita lain seusianya bermain dengan canda tawa penuh limpahan kasih sayang bersama orang tuanya, meraka harus menjalani hari harinya di Panti Asuhan Tuna Ganda Yayasan Sayap Ibu Purwomartani, Sleman, Yogyakarta.

Kondisi mereka sebagai tuna ganda yang memiliki keterbelakangan mental maupun fisik yang tak normal membuat mereka tak bisa bergerak bebas.

Bapak Sunaryo, pengasuh panti asuhan Tuna Ganda Yayasan Sayap Ibu menyatakan : “mereka adalah anak-anak yang dulu lahir tidak diinginkan, dan telah berusaha di aborsi. Dan karena lahir cacat mereka akhirnya di buang”. Oh…

Nanda, balita 3 tahun setengah ini, selain tidak bisa melihat ia juga mengalami kelumpuhan sehingga nyaris tak bisa bergerak.

Ia di kualifikasikan dalam anak-anak yang hanya mampu dirawat. Itu bisa berarti bahwa sepanjang hidupnya kelak, ia akan sangat bergantung kepada orang lain.

Di panti asuhan Tuna Ganda Yayasan Sayap Ibu ini terdapat 24 anak-anak dan dewasa yang mengalami tuna ganda.

Tak ada kasih sayang dari orang tua, sehingga hanya kasih tulus dari para pengasuhlah yang masih menjadi seberkas cahaya bagi mereka.

Ironis memang, Ia ada ke dunia tapi yang memilukan mereka tak pernah mengenal siapa orang yang telah melahirkannya ke dunia ini?


(23 Juli 2007)

Thursday, August 2, 2007

SEBUAH MALAM DENGAN DUA CERITA…

Obrolan terasa seru karena para manusia seperempat baya itu telah lama tidak bersua…ada yang tersanjung karena berkali-kali pujian dialamatkan kepadanya. Ada juga yang terasa tak ikhlas melempar pujian ke pihak lainnya, walau tetap dengan sangat terpaksa akhirnya di sampaikan juga (pujian yang lebih terasa hinaan…) ada juga yang seperti sering kawanku bilang “…ah…merendah untuk meninggikan derajat….” ada yang cukup jujur bercerita tentangnya, dan ada pula jiwa-jiwa resah….

Semua menjadi sebuah rangkuman percakapan panjang, atau tepatnya presentasi dalam sebuah temu kangen…. Seolah cita ideal setelah bertahun berkubang dalam perjuangan telah terlalui, berganti menjadi “runway” untuk segera lepas landas….untuk kemudian terbang keangkasa…

Sepertinya, setelah terbang ke udara mereka akan semakin tinggi dan meninggi… Yang menjadi sebuah pemikiran bukan masa-masa seperti “temu kangen” ini yang kemungkinan akan menjadi semakin susah… tapi sebuah rasa optimis yang sedemian nyata terkadang seperti melihat cucuran hujan yang memang pasti turun pada bulan November…semua seperti semakin dan akan menjadi nyata….

Semuanya seolah seperti memanjat setapak demi setapak lapisan batu di Borobudur, yang walau dilalui dengan lelah dan cucuran keringat tapi pasti bisa sampai ke puncak. Yang walau kita mulai dari Kamadatu, melalui Rupadatu dan sepetinya begitu cepatnya melesat ke Arupadatu… Tatakan itu sungguh jelas sehingga menjadi semangat yang terus melecut jiwa muda mereka….

Satu sosok tersenyum bangga untuk semua … dan kemudian berganti kecemasan manakala teringat satu lagi manusia seperempat baya tak jua hadir di tengah mereka…

Di tempat lain, sosok itu masih dalam gundah atas dirinya, ia masih terselingkup dalam tabir yang semakin mengungkungya, katanya: “dalam ketakberdayaan…”

Ternyata tak sejelas undakan demi undakan yang ada di borobudur… (sehingga masih mungkin di gapai…) ada beberapa situasi yang justru sangat abstrak…yang membuat pilihan menjadi sulit, dan membuat jalan bahkan nyaris tak tampak, terutama mana kala rumput tetangga terlihat lebih hijau dan pada saat yang hampir bersamaan ada sosok renta berdiri di pagar rumah sembari menadahkan tanganya….


(kisah yang masih menyeruak dalam fikir…)

Thursday, May 10, 2007

HARI ISTIRAHATKU...

Ada yang sedikit menggelitik pada hari kemarin, dan kemarinnya lagi…

Tepatnya di sebuah parkiran di sebuah tempat keramaian di Jogja, tepat setelah acara muter-muter yang menguras stamina dan membuat kepala sakit…Jogja sudah mulai panas lagi ternyata. Aku bertemu seorang kawan, kawan masa kuliah dulu dan sudah cukup lama memang tidak bertemu...

“Hai Tom, Apa kabar…wah masih di Jogja? Udah kerja belum ?”


Dua pertanyaan itu terasa spontan dan membuat aku bingung merangkai sebuah jawaban diplomatis. Selain karena rentetan pertanyaan yang tanpa jeda, pertanyaan kedua terasa menjadi lebih penting dan agak membuat aku mengernyitkan dahi untuk menjawab yang mana dulu, dan tentu juga karena agak merasa aneh. Sekejap aku sedikit gugup, eh bukan..bukan gugup..tapi terperangah tepatnya. Dan akhirnya aku lebih memilih untuk mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan… sembari berkata kabarku baik-baik saja. Dan entah mengapa untuk jawaban pertanyaan kedua tiba-tiba kalimat yang meluncur dari bibirku adalah : “…ya…sekarang lagi cari-cari lah…” aku memang cukup terperangah dengan pertanyaan berkonotasi negatif itu. (mungkin akan lain jika pertanyaannya di rubah “wah lama gak ketemu, aktif dimana sekarang? Atau sibuk dimana sekarang? Untuk sekedar memancing orang bercerita…).

Dan tanpa menunggu lama respon yang lebih masifpun aku dapatkan. Intinya : “ Wah ayo dong cepat-cepat cari kerja…ke Jakarta aja… banyak kok teman-teman kita yang pada kerja di Jakarta…ikut sama mereka aja…” dan masih ada serentetan kalimat lainnya yang mulai perlahan aku lupakan. Untuk jawabannya aku tidak terlalu masalah…tapi ekspresinya itu… (aku bisa membayangkan kini perasaan beberapa sahabat yang bahkan tanpa sungkan minta ditelfon tengah malam hanya karena ingin share betapa tertekannya ia karena berstatus “nganggur” terutama menghadapi insan-insan model ini, yang sangat intimidatif, dan yang kadang justru ironis karena mereka berasal dari lingkungan terdekat sendiri…keluarga atau teman…).

Ingin sebenarnya aku tanya apa aktivitas dia?…apa pekerjaan dia? Tapi tiba-tiba sengatan matahari jam 13-an siang menyadarkan aku untuk segera ke tempat lain…menjemput sahabat yang sudah menunggu…”

Lain lagi yang ini…

Di sebuah tempat. Sudah cukup lama tahu, tapi tidak terlalu kenal…sampai kemudian kenalan. Dan itu menjadi percakapan pertama yang…ah…
Intinya :
“Lho kamu dari Fakultas dan Universitas yang sama dengan aku…” dan langsung melanjutkan…“Tapi aku sudah lulus dan sekarang sudah di sebuah Firma “yang punya sangat terkenal” di Jakarta… dan sekarang aku lagi cuti untuk masterku…aku dulu aktif disana, disini, ini, itu, aku kenal dengan dia, aku menjadi ini dan itu juga….” Tiba sampai saat kalimat itu meluncur :
“Kamu udah lulus? Kerja dimana? “
“Udah, kebetulan sekarang jadi wartawan…”
“Dimana? “
“Di Metro TV”
“Bagian Apa?”
“Wartawan…jadi Reporter”
“Kenapa gak coba melamar jadi bagian Legalnya aja? Wah masak kamu tamatan Hukum kok di bagian Reportase aja…”
Ups…(dalam hati…) dan aku lanjutkan: “Ya gak lah mas…aku saat ini lebih minatnya jadi wartawan….”
Lagi-lagi, ekspresinya itu loh…

Yang ini sudah sebulnan yang lalu…juga pada sekitar jam 13 siang…pada sebuah kursus.

‘Kamu udah kerja atau masi kuliah mas ?” tanya si embak…atau tepatnya si teteh…
“udah lulus mba…”
“Kerja dimana ?...”
“Di perusahaan swasta…” dan karena aku tidak nyaman dengan berondongan pertanyaannya, langsung aku sambung :
“Kalo embak kerja dimana ?”
“”Wah kalo saya sering di bajak mas…jadi pindah-pindah tergantung mereka mau bayar berapa”

Obrolan semakin panjang sampai yang punya tempat kursusan memperkenalkan kalo saya kerja di TV. Aku belum pernah ngasih tahu sebelumnya, bukan hal yang penting saat aku tidak bertugas….
“Oh kamu kerja di Metro TV, kamu kenal dengan ini tidak? Dengan itu? Disana yang paling hebat orang marketingnya sapa? Kalo aku biasanya sih sama orang-orang dari sini, dari situ…..” kursus yang harusnya menyenangkan menjadi ingin segera aku akhiri rasanya, tapi celakanya waktu justru berjalan semakin melambat…
“Wah tapi bagaimanapun kerja dengan orang tidak enak. Mending mandiri saja. Tidak jadi anak buah, tidak disuruh-suruh, dan lain-lain… seperti saya sekarang tidak terikat…”
“Tapi kan orang butuh juga pengalaman mba, lagian memulai usaha bukan hal yang mudah….”
“Ah mudah, buktinya aku…bla..bala…” Lho tapi bukannya mba dulu kerja sama orang juga selama belasan atau puluhan tahun malah…ingin aku men-smesh-nya tapi masih aku tahan juga….
“Umur kamu berapa mas ?”
“24 mba’”
“Percaya nggak, dulu waktu aku seumuran kamu, posisiku di kantor sudah jadi direktur….karena perusahaan menilai kinerjaku sangat bagus, prospektif dan berprestasi….aku juga yang membesarkan perusahaan hingga jadi punya cabang….” Ia tersenyum…
dan sembari aku membalas senyumannya walau hati perih, aku menemukan ide pertanyaan kunci (brilian tepatnya…) :
“Wah kalau jabatan mba’, sudah setinggi itu kenapa keluar mba? Apa gak sayang dengan karirnya?...”
Dengan suara yang memang lemah lembut tapi membuat perih lawan bicara ia menjawab:
“Aku di khianati perusahaan, sebagai orang lama aku dikecewakan dan hak yang dijanjikan tidak penuhi sama kantor….kantor membohongi saya……”
……nada bicaranya agak lirih……oh..ini toh pangkalnya…..

Tiba-tiba aku jadi ingat pada sebuah siang sekitar pukul 13.00 beberapa tahun lalu, sesaat setelah sampai kost dari kampus, sesaat setelah aku menyalakan radio dan tiba-tiba terdengar suara seorang penyiar yang suaranya sangat menenteramkan memberi sebuah petuah yang sampai saat ini masih terus aku sepakati…

Hari-hariku terbagi menjadi empat :

Hari pertama, adalah hari dimana aku bertemu dengan orang yang lebih pintar dalam segala hal dariku, dan aku belajar darinya. Itulah hari keberuntunganku.

Hari kedua,
adalah hari dimana aku bertemu dengan orang yang kemampuan dan ilmunya sepadan denganku. Dan aku sharing bersamanya…itulah hari ilmu-ku.

Hari ketiga, adalah hari dimana aku bertemu dengan orang yang kemampuannya dibawahku, dan aku berusaha membantu dan mengajarinya. Itulah hari amalku…

Hari keempat, adalah hari dimana aku bertemu dengan orang yang sepertinya kemampuannya di bawahku, tapi bersikap seolah semuanya ia lebih tahu. ITULAH HARI ISTIRAHATKU…

(YK_Jelang pukul 13 siang, thanks Radio…)



Saturday, May 5, 2007

SESUATU YANG MENYEBALKAN...

Tidur merupakan aktifitas yang sangat normal dilakukan manusia. Bahkan tidur juga merupakan istirahat yang paling baik bagi tubuh. Sering usai tidur kita merasa segar atau malah sebaliknya tubuh dan kepala terasa letih karena kebanyakan tidur.

Nah, biasanya sebelum tidur apa sih yang biasa dirasakan? Lazimnya ya.. pasti nguap-nguap dulu sebagai sebuah ekspresi ngantuk. Ngantuk…? Ehm… ini yang ingin aku bahas. Ngantuk biasanya mendahului sebuah ritual yang dinamakan istirahat (tidur). Seringkali tak tertahankan, bahkan dalam beberapa kesempatan cenderung (sangat) menyebalkan. Terutama jika kita sedang berada dalam saat yang menuntut kita terjaga dengan penuh konsentrasi…

Penyebab ngantuk ?

Seorang kawan berkata : “kantuk biasanya terjadi karena tubuh kita kurang istirahat (tidur) atau saat tubuh lelah sehingga membutuhkan jeda sejenak (istirahat), dan… bisa juga karena lapar! So obatnya ya harus istirahat!!”

Nah kalau kita dalam kondisi yang mengantuk menguap-uap padahal kita sangat ingin tetap fit dan terjaga apa yang harus dilakukan? Minum minuman suplemen!!. Cara ini terbukti sangat ampuh untuk mengusir jauh rasa kantuk. Namun ternyata cara ini masih terasa belum efektif. Karena setelah itu rasa lelah/loyo yang ditimbulkan malah terasa menjadi berlipat. Belum lagi kalau pakai ditambah sakit kepala…wah gak lagi kayaknya. Persis seperti yang dikatakan seorang kawan : “…dengan meminum suplemen maka itu hanya menunda rasa capek/kelelahan tubuh kita. Jadi, nanti lelah kita akan dobel setelah efek minuman suplemen hilang. Karena energi kita diambil untuk mengganti lelah yang terjadi saat ini…”(kira-kira seperti itulah analisisnya…).

So, apa dong solusinya?

Tersebutlah beberapa solusi cara menghilangkan ngantuk :

“Selalu fokus dan berkonsentrasi pada sesuatu hal yang sedang kita lakukan…” (susah nih metode…)
“mengunyah permen buble gum aja…” (Udah pernah coba…dan hasilnya dosen bawel ceramah…)
“Tidur yang cukup, minimal 8 jam sehari…” (yang sering kelebihan malah…)
“Oia…gerakkan lidah kamu dilangit-langit mulut dan tekuk-tekuklah….gampangnya senam lidah deh….sehingga syaraf aktif bergerak” ( samapi lidah kelu dan mau muntah rasanya….)

Semuanya tetap sama : NGANTUK!! Apalagi kalau ditambah berada di ruangan dingin ber AC …

Sampai suatu saat :

‘apa tenggorokan anda sakit ?”
“Kalau iya, apalagi kalau rasa itu semakin menjadi saat makan makanan yang mengandung MSG…sepertinya ada masalah pada tonsil…Amandel!! Dan itulah pangkal semua masalah!!”

“???....”

_Pada sebuah kantuk_

Friday, April 6, 2007

Sharing the Strength with Love…(Metro TV)

The four fingered pianist

Alunan suara piano itu mengalir sangat merdu, dinamis dan terasa menghanyutkan Sesaat kemudian kamera change focus ke jari-jari yang tengah memainkan tuts piano. Dahiku mengernyit seraya mencondongkan leher agar lebih mendekat ke TV…
Mendengar permainan pianonya, itu adalah sebuah keajaiban rasanya…gadis kecil itu hanya memiliki empat jari. Dua jari di tangan kanan dan dua lainya di tangan kiri sangat licah dan cekatan saat memainkan tuts piano hingga menghasilkan nada-nada indah... dia adalah He ah lee…

Beberapa waktu lalu sebenarnya berbagai media massa baik cetak maupun televisi telah mengupas sosok He..namun menyaksikan kepiawaiannya memainkan piano secara “langsung” (dari televisi, pen.) membuatrasa kagum terhadap sosok ini semakin tinggi. Terasa semakin dekat dengan sosok ini dan seolah benar-benar berada di lokasi konser. Ikut bertepuk tangan saat ia memainkan nomor-nomor indah dari berbagai komponis dunia, bahkan legenda… Keindahan karyanya dan yang terbalut dengan berbagai kekurangannya bahkan membuat sejumlah penonton tak kuasa membendung linangan air matanya… Bahkan seorang yang memiliki jari jemari lengkappun masih susah memainkan piano klasik seperti itu…” ungkap seorang penonton. Tapi kenyataannya He bisa!

Sosok Ibu…

Cerita kepiawaian dan keistimewaan He bukanlah sihir bak “Harry Potter”. He adalah cerita panjang dari sebuah perjuangan akan sebuah kekurangan. Karena selain terlahir hanya memiliki empat jari, He juga memiliki cacat pada bagian kakinya yang sangat pendek. Belum itu saja ia juga mengalami masalah mental. Namun disinilah sosok yang menurut saya sangat menentukan : sorang Ibu. Woo Kab Sun ibu He, awalnya mengaku mengajarkan piano kepada He agar jari-jarinya terlatih menjadi kuat… usahanyapun tidak sebentar, butuh waktu, kerja keras dan kesabaran sampai kemudian berbuah manis. Ibunya pun harus menjadi guru sekaligus sahabat manakala kejenuhan melanda He…

Mengutip dua pendapat dari Agum Gumelar dan Soraya Haque yang esensinya sama : “keteguhan Ibu He untuk memberikan pendidikan mengantarkannya ke dunia nyata…sisi perjuangan inilah yang harus diteladani ...”

Rasanya semakin haru kalau menyaksikan berbagai footage dari masa kecil Ah.. dari bermain-main di ayunan yang bersalju putih… bermain piano sampai penampilannya dan sikapnya yang selalu innocent dengan senyumannya yang selalu manis… dan tentu saja antusiasme dari pnonton yang kata Addie MS tiketnya sold out sejak beberapa minggu sebelum malam pertunjukkan…

Ini bukan pertunjukan artis cantik nan sexy… atau hiruk pikuk Boys Band… He adalah pertunjukkan seorang musisi yang dapat memainkan alat musik dengan baik dan indah, walau terbalut dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan…
Ternyata ia pun sanggup menghipnotis penonton untuk terhibur sekaligus bersedih…
Nada-nada itu begitu indah di telinga dan merasuk dalam jiwa…sementara disisi lain kehadirannya juga membuat hati ini teriris sedih, mengapa ditengah nyaris kelengkapan fisik yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita, kepada ku terutama….masih sering tidak mensyukuri…bahkan mengingkari……
Malam ini aku dibuat malu oleh mu..He…tapi terimakasih… :)

Penampilan di Indonesia dari Pianist istimewa ini nyaris sempurna. Dan kalau ada yang kurang….itu adalah aku yang hanya menyaksikan pertunjukan sejak pukul 20.30 WIB yang berarti telat setengah jam.. sayang aku telat pulang ke kost, sayang aku harus ngantri dulu buat beli cap cai … Ah…harus cari jadwal re run-nya…

(JOGJA_060407)

SADAR MEDIA....

Perayaan Grebeg Maulud (kelahiran Nabi Muhammad SAW) tahun 2007 sebagai puncak dari sekatenan telah berlangsung. Ramai, meriah, dan mengharukan seperti tahun-tahun sebelunya. Ribuan masyarakat dari berbagai wilayah Yogyakarta dan sekitarnya tumpah ruah di alun-alun utara Yogyakarta dan halaman Masjid Kauman Yogyakarta. Mereka berebutan mendapatkan aneka makanan dan hasil bumi yang berada di gunungan –gunungan sekaten. Warga tua – muda, miskin – kaya, bahkan dari yang sehat sampai yang cacat berbaur dalam kerumunan sukuran Keraton bagi rakyatnya ini. Mereka mengharap suatu keberkahan. Mereka ingin setahun mendatang hasil panennya melimpah, di beri kesehatan, kesejahteraan, hubungan keluarga yang harmonis dan sejumlah asa lainnya…

Sayangnya perayaan Sekaten tahun ini diwarnai sebuah insiden yang patut di sayangkan. Iring-iringan kirab prajurit keraton beserta gunungan sekaten yang seharusnya menjadi momen yang sangat prestisius sejenak berubah dan ternoda, manakala aparat dengan provokativ dan represif justru menghalangi kerja para wartawan televisi untuk megambil gambar…

Berikut kutipan naskah dari berita di Metro TV :

(PKG)

(LEAD IN)

SEBAGAI EVENT RELIGIUS DAN BUDAYA/ GERBEG MAULID DI JOGJAKARTA MENYITA BANYAK PERHATIAN ORANG// RIBUAN ORANG HADIR DALAM PERISTIWA INI// NAMUN SAYANG PENGAMANAN TIDAK DIKELOLA SECARA MAKSIMAL//

ROLL PKG

Grebek maulud sebagai penutup rangkaian perayaan sekaten di jogjakarta adalah peristiwa rutin yang diadakan setiap tahun// Sebagai even religius dan budaya/ Grebeg menyita perhatian banyak pihak// mulai dari turis, mahasiswa, wartawan, terutama masyarakat umum yang meyakini adanya berkah/ dalam gunungan grebeg yang akan diperebutkan// Maka wajar bila ribuan orang berkumpul di kraton dan mesjid Gede Jogjakarta/ untuk melihat dari dekat peristiwa ini//

Sayangnya aset penting budaya ini/ terkesan tidak terkelola dengan baik/ terutama aspek pengamanan// padahal dari tahun ke tahun/ tempat tidak berubah/ dan jumlah massa yang hadirpun/ kurang lebih sama// Ketegangan antara aparat keamanan dengan wartawan yang akan meliput acara ini/ hampir setiap tahun berulang// bahkan tahun ini/ aksi saling dorong kedua belah pihak juga terjadi//

(Roll……)

Bila dikelola dengan baik/ kejadian seperti ini tidak perlu terjadi// bahkan seorang komandan lapangan tidak perlu berteriak-teriak menyuruh massa itu tertib// sebab dalam kondisi seperti ini/ teriakan itu tidak akan banyak berpengaruh pada perilaku massa// teriakan seperti itu lebih efektif untuk anak buah sendiri//

Demikian pula seorang satpol pp berusia senja ini tak perlu main pukul// sebab cara itu/ tidak semua kalangan dapat menerima// apalagi bagi masyarakat jogja yang sarat dengan nilai budaya/ agar peristiwa budaya ini/ tidak tercoreng dengan perilaku yang tidak berbudaya//

Ada dua kepentingan yang berbeda antara aparat kemanan dan wartawan yang meliput acara itu// aparat ingin peristiwa itu lancar tertib dan tidak ada gangguan apapun selama acara berlangsung// sementara wartawan ingin memiliki akses yang luas/ untuk mengabadikan perisitiwa ini// tinggal bagaimana mengkomunikasi dan mengelola perbedaan itu/ sehingga tidak hanya ketegangan dpt dihindari/ tetapi juga keberhasilan bersama dapat diraih//

(dari jogjakarta/ tim liputan metro tv)

(end))

Kejadian ini merupakan bentuk sikap yang tidak sadar media!! Bukankah para juru kamera itu bertugas untuk mengambil gambar? Dan gambar itulah yang kemudian akan di saksikan pasang mata masyarakat indonesia. Dari Sabang samoai Merauke…dengan esensi : Sebuah gelaran Agung telah berlangsung di kota kita tercinta : Yogyakarta. Grebeg Maulud….!! Dan yang harus di pahami adalah bahwa dalam mengambil gambar memang membutuhkan waktu..untuk mengatur komposisi, menentukan angle dan lain-lain…satu yang pasti para kameramen (Juru kamera Pen.) pasti tidak akan mengacaukan kirab….

Insiden itu memang tidak berkepanjangan. Namun rasa salut pantas di sampaikan kepada para Wartawan Yogyakarta. Usai insiden itu artawan Yogyakarta langsung menyampaikan protes keras dan keberatannya atas segala bentuk intimidasi dan kekerasan terhadap pers!! Dan puncaknya tanggal 3 April Wartawan Yogyakarta menggelar aksi Protest di Kantor Balaikota Yogyakarta, meinta pertanggungjawaban Walikota ddan Satpol PP juga pihak kepolisian….

Salut untuk solidaritas dan kekompakan kita…..

Semoga kejadian serupa tidak pernah terulang dan semua kalangan menjadi lebih sadar media…

(TOMY_jogja)

(ristantomy@yahoo.com)