
Pernah pada suatu test untuk sebuah Fellowship aku disuguhi pertanyaan : “berita apa yang sangat saya percayai selama satu tahun terakhir?” jawab saya adalah pemberian anugerah Nobel Perdamaian 2006 untuk M. Yunus dari
Saat itu, kewajiban bahwa jika SBY menjadi pemenang maka tempatku bekerja akan BREAKING NEWS, sehingga sejak subuh kami sudah berangkat ke Kudus, tempat Presiden SBY akan Shalat Tarawih bersama masyarakat… tempat yang sepanjang jalan aku terus cemas antara kuat dan tidak berpuasa di terik matahari Kudus, hingga LIVE langsung ke CNN dengan bahasa asing ( kalo ada subtitusi reporter, aku mending pilih opsi itu sepertinya...)
Saat itu tokoh satu ini masih teramat asing bagiku. Baru ketika berbagai media cetak dan elektronik ramai-ramai memberikan pujian atas prestasinya, aku juga mulai tergelitik untuk intens menyimaknya. Ternyata karya nyatanya memang sungguh luar biasa sehingga amat wajar jika ia menjadi kuda hitam sebagai pemenang Nobel Perdamaian. Dan saat itu, akupun berfikir semoga suatu ketika aku bisa bertemu dengannya…
Hari ini, 11 Agustus 2007 kiranya mimpiku itu di wujudkan oleh yang kuasa, amin… saat mendengar ia tengah di Istana Negara, aku hanya menitip pesan kepada seorang kawan yang bertugas di Istana “ Sampaikan salamku kepada M. Yunus, aku ingin sekali mengikuti jejaknya…” dan ternyata Professor Yunus juga akan singgah ke
Walau sudah berulang kali aku mendengar konsepnya tentang pemberian kredit lunak tanpa agunan melalaui Gramen (Pedesaan) Bank yang didirikannya, namun mendengar penjelasan darinya secara langsung tentu membuatku semakin terkesima. Tanpa agunan, tanpa perjanjian tertulis, dan hanya berdasarkan rasa saling percaya….ah rasanya sesuatu yang mustahil dilakukan. Namun kenyataanya itulah yang berhasil dilakukan, dengan membantu para wanita yang terjepit hutang rentenir, Ia bisa menolong masyarakat di
Menurut Komite Nobel Perdamaian Oslo, perdamaian tidak dapat dicapai dalam masyarakat berpenduduk besar jika kemiskinan tidak diperangi…(termasuk juga teroris tentunya…)
Dan saat kesempatan mewawancarainya tiba, salah satu jawaban yang paling membekas adalah saat ia menjawab : “ tentang penegakan Supremasi Hukum, di Bangladesh jauh lebih buruk didandingkan Indonesia, namun janganlah itu menjadi alasan, lakukan apa saja yang memang benar karena hukum yang korup hanya dilakukan oleh beberapa oknum saja, orang baik jauh lebih banyak. Kerjakan mulai dari dirikita sendiri, apa yang berguna bagi orang lain, membantu orang lain…”
Ah…melihat sekeliling rasanya kemiskinan di
(malam, Lagi jadi PJS)